Rabu, 09 Juli 2008

Idris, Penderita Penyakit ”Misterius”, ”Saya Ingin Sehat dan Sekolah....”
Rabu, 09 Juli 2008
Sample Image Sorot matanya tak sedikit pun memudar. Padahal sosoknya yang ringkih didera penyakit berkepanjangan itu, sangat pantas dikasihani. Pemuda dari pelosok Pasaman Barat (Pasbar) itu masih 17 tahun, melewati hari ke hari menahan sakit di atas dipan lusuh. Idris (17) tak pernah membayangkan akan menderita penyakit yang membuatnya terbaring tak berdaya memupus semua angan dan citanya.

Penyakit sesak napas, dengan perut membesar seperti busung lapar membuat warga Nagari Rambah Kinali Pasaman Barat (Pasbar) ini tidak seperti remaja seusianya. Keluar rumah seperti remaja seusianya sambil bermain tidak pernah dilakoni Idris sejak tahun 2004 lalu. Penyakit misterius itu membuatnya tak berdaya.

Seulas senyum dan tatapan kosong Idris menyambut Padang Ekspres saat menjambangi kediamannya di Nagari Rambah Kinali Pasbar, kemarin sore. Dengan sedikit senyum didampingi eteknya (saudara ibunya, red) Idris mencoba menyambut setiap tamu yang ingin melihatnya. Sedikit dipaksakan, kedua tangannya terpaksa diangkat.

Namun belum sempat diangkat tinggi-tinggi, tangannya kembali terkulai lemas. Sebab, tak kuat mengangkat tangan yang hanya tinggal tulang saja karena tenaga yang lemas. Dengan sedikit tersengal-sengal sembari menghela napas dalam-dalam Idris menyatakan sudah menderita sakit sejak tahun 2004 lalu. Tiba-tiba saja badannya terasa lemas dan nafsu makan hilang.

”Partamo sakali wak rasoan badan taraso jariah, ndak ado tanago. Siap tu lamo-lamo ndak amuah makan lai. Sampai model iko, badan wak tingga tulang nyo lai. (Pertama saya rasakan terasa lemas, tidak ada tenaga. Setelah itu lama-kelamaan tidak mau makan. Hingga akhirnya seperti ini, badan saya tinggal tulang saja),” kata Idris dengan nafas tersengal-sengal.

Kejanggalan yang mulai dirasakan Idris terus-menerus membuat kondisi badannya bertambah kurus. Bahkan, dirinya mulai semakin tak berdaya, menderita menahan sakit sembari berharap ada keajaiban datang untuk menyembuhkannya. Malang bagi Idris, sudah jatuh tertimpa tangga pula.

”Sabalumnyo, ndak ado tando-tando ado panyakik. Tapi tibo-tibo ado. Karano indak ado pitih, panyakik ko dibiaan sajo lu. Tapi lamo kalamoan batambah parah. Makan kami sajo sakali dalam sahari, baa caro untuk pitih barubek. (Sebelumnya tidak ada tanda-tanda ada penyakit. Tapi tiba-tiba muncul. Karena tidak ada uang, penyakit ini dibiarkan saja. Tapi lama-kelamaan bertambah parah. Makan kami saja satu kali dalam sehari, bagaimana uang untuk berobat),” anak ke tiga dari enam bersaudara ini menghiba.Sample Image

Anak dari Aliaman (50) dan Nurhayati (45) ini tidak bisa berbuat apa-apa, bukan lantaran pasrah dengan penyakit yang dideritanya. Tapi semata-mata karena biaya tidak ada. Bapaknya Aliaman bekerja hanya sebagai buruh kebun yang hanya cukup untuk makan. Itu pun masih kurang.

Butuh Bantuan : Idris (kiri), penderia penyakit misterius di Nagari Rambah Kinali Pasbar, bersama eteknya, Nurdina.

Saat koran ini menemui Idris, ia hanya didampingi eteknya. Sebab kedua orangtuanya tidak bisa meninggalkan kebun yang diupahkan pemiliknya. “Kami kiniko tingga manumpang di kabun urang, ayah manjadi tukang kabun, tingga di kabun tu. Ayah indak bisa ka siko do. Rumah dan tanah nan ado sabalumko lah kami jua untuak barubek.

(Kami saat ini tinggal menumpang di kebun orang, bapak menjadi tukang kebun dan langsung tinggal di dalam kebun itu. Ayah tidak bisa datang ke sini. Rumah dan tanah yang ada sudah kami jual untuk berobat),” ujar Idris yang hanya mencicipi bangku sekolah hingga kelas tiga SD.

Diklaim Kurang Darah Putih

Sampai tahun 2007 penyakit Idris bertambah ganas. Akibat menahan sakit dan berkurung diri dalam rumah, membuatnya mulai merasa bosan. Maka pada tahun itu, keluarga Idris mencoba membawanya berobat ke Rumah Sakit M Djamil Padang. Dengan menjual rumah dan sebidang tanahnya, keluarga Idris nekat pergi berobat ke RS M Djamil Padang.

Sempat berobat selama dua bulan di RS ternama tersebut, tidak membuat kondisi tubuh Idris bertambah baik. “Pihak rumah sakit hanya menyatakan Idris menderita kekurangan darah putih. Karena tidak ada biaya, kami putuskan untuk pulang dan dirawat di rumah,” kata Etek Idris, Nurdina (42).

Akibat keputusan ini, penyakit misterius tersebut makin mengganas. Sejak tahun 2007 hingga saat ini, Idris terpaksa terbaring tak berdaya di tempat tidur. Bahkan, kondisi tubuhnya makin kurus, dengan perut membesar. “Bagaimana lagi, biaya untuk berobat tidak ada,” kata Nurdina.

Berharap Bantuan

Menahan sakit sejak empat tahun lalu, mulai membuat keluarga Idris pasrah, sembari berharap ada bantuan dari pihak pemerintah untuk biaya pengobatan. “Saat ini kami hanya berharap ada perhatian dermawan dan pemerintah.

Kami ini orang miskin, untuk makan sehari-hari saja susah bagaimana dengan biaya pengobatan. Makin lama kondisi badan Idris makin parah. Saat ini sudah tinggal tulang saja. Kami berharap ada bantuan. Penyakit Idris pun sampai saat ini tidak jelas,” kata Nurdina.

Meskipun diserang oleh penyakit parah sejenis busung lapar, tidak membuat Idris patah semangat. Ia berharap ada yang memperhatikan nasibnya. Semangat untuk sehat terus menggelora. Dirinya ingin seperti anak muda seusianya, dapat mencicipi bangku pendidikan. “Saya belum mau mati, Mak.” (Altas Maulana)

Selasa, 08 Juli 2008

Jalan di Pasaman Barat Tidak Mulus Lagi

Tidak seperti biasanya kalau saya pergi ke Ujung Gading dari Payakumbuh bisa menempuh dengan waktu yang sekitar 5 jam. Tapi saat saya pulang ke Ujung Gading pada hari minggu yang lalu waktu tempuh saya sudah lebih dari 5 jam. Hal ini disebabkan bukan karena mobil mogok, atau karena banyak berhenti, atau karena hal lainnya. Tapi disebabkan karena jalan antara Mangopoh dan Ujung Gading "tidak mulus lagi". Banyak ruas jalan yang mengalami kerusakan, ada kerusakan kecil, sedang malah ada yang cukup parah. Secara kasat mata penyebabnya jelas, yaitu adanya kenderaan yang membawa muatan melebihi tonase. Tidak seimbang dengan kemampuan atau kapasitas jalannya. Kalau hal ini dibiarkan tentu kerusakan akan semakin parah. Mudah-mudahan instansi yang terkait bisa menyikapi kondisi ini dan berupaya untuk melakukan perbaikan

Ketika saya sempat berhenti di salah satu rumah makan terdengar obrolan pengunjung, bahwa jeleknya jalan karena kurangnya perhatian Bupati, tetapi ditimpali oleh pembicara lain, masalah jalan bukan wewenang bupati tetapi adalah wewenang dinas sarana dan prasarana. Oke, kata yang lain, tetapi Bupati kan bisa melobi dinas terkait,...... dst... dst...

Cukup hangat juga diskusi mereka.... terpikir oleh saya... jangan2 "ota" mereka itu ada benarnya juga....